Jangan Lagi Bermain Drama dan Ketoprak di Dunia Pendidikan

Godlife Panjaitan

Tujuannya hanya satu. Untuk menikmati fasilitas negara, yang murah dan berkualitas itu. Migrasi ini akhirnya menyingkirkan si miskin. Keadaan kini berbalik. Sekolah negeri diisi oleh orang-orang kaya, dan orang miskin kini mengisi sekolah-sekolah swasta.

Menyadari fenomena ini, kemudian sekolah dengan tanpa malu-malu melakukan rekayasa sistemik mengambil keuntungan dari apa yang terjadi.

BACA JUGA : Penuhi Herd Immunity Warga, Wali Kota dan Camat Bekasi Barat Pantau Vaksin Anak di SMP Al-azhar 6 Jakapermai

Sekolah dengan tanpa empati dan berjuta alasan, meminta “bantuan” orang tua murid dalam “peningkatan” kualitas pendidikan yang tidak terukur.

Alokasinya bermacam-macam, mulai dari sumbangan awal tahun, sumbangan dana pendidikan, uang seragam, uang koperasi, uang ekskul, uang psikotes, uang pendalaman materi, uang jalan-jalan, sampai-sampai uang map-pun diada-adakan.

BACA JUGA : Sampai Dimana Penegakan Perbup?, Dir. Eksekutif Kadin Kabupaten Bekasi Jon Soni: Upaya Pemulihan Ekonomi, Semua Stakeholder Perlu Dirangkul

Keadaan semakin diperparah, karena mulai dari Dinas Pendidikan, Pemerintah Daerah dan Pusat, Ombudsman, Aparat Penegak Hukum, kini seakan gamang untuk bertindak. Dan kita hanya bisa jadi penonton dari dagelan-dagelan yang terjadi di dunia pendidikan.

Menjelang ulang tahun Republik Indonesia yang ke-76 ini, cukup, sudahilah semua itu. Jangan lagi bermain drama dan ketoprak di dunia pendidikan. Sekolah semestinya kembali ke marwahnya.

Sebagai institusi pembangun moral. Kembali mengajarkan karakter dan semangat patriotisme. Bukan sebagai pasar bebas yang memperjual belikan berbagai macam komoditas, termasuk memperjual belikan harga diri.

Selamat Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-76. Merdeka.

Editor: Red