Namun ada pula yang tak sampai di tengah perjalanan namun rasanya telah puas walau sedikit telah merasakan dahsyatnya melakukan sebuah petualangan yang indah. Ketiga kelompok pendakian di atas, meskipun semua merasa mencapai finish dan derajat kebahagiaan, namun masing-masing berada pada tingkatan yang tidak sama.
Dengan merumuskan kategorisasi yang hampir sama dengan kaum sufi, Al-Ghazali, menyatakan bahwa transformasi spiritual yang mampu membangkitkan diri dalam puasa terdiri atas tiga tahapan atau tingkatan:
- Tingkatan pertama, puasa orang awam-umum (awam). Puasa dipahami sekadar menahan rasa lapar, haus, dan syahwat pada siang hari saja.
- Tingkat kedua, puasa orang khusus (khawash). Puasa pada level ini dipahami selain secara fisik-biologis (menahan lapar, dahaga, dan syahwat) ditambah pengekangan diri (pancaindra) dari perbuatan dosa.
[6/5 4.26 PM] Budi Uban (2) Sidak: Tingkat tertinggi, puasa orang sangat khusus (khawashul khawash). Puasa bukan sekadar menahan rasa lapar, haus, syahwat, pancaindra, melainkan juga seluruh peranti kehidupan manusia (jasmani-rohani).
Bagi kelompok ketiga ini, misi sosial merupakan salah satu sisi yang juga dilakukan “laku puasa” dengan menyantuni dengan sepenuh hati pada masyarakat yang sedang mengalami kesusahan (terbenam dalam lumpur kekusahan dan kesulitan hidup).