Opini  

Transformasi Spiritual Dalam Puasa, ‘Kesadaran, Kelembutan & Cinta’

Untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah karena diperlukan niat yang kuat serta kesungguhan yang berlipat dan proses terus menerus tanpa jeda dari kita untuk memperbaiki diri, menambah ilmu dan kearifan. Yang terpenting mempesiapkan (isti’dad) diri ini agar pantas dan memiliki sinyal rohani untuk menerima limpahan (fayd) dan limpahan cahaya (illuminasi ) hikmah-Nya yang setiap saat Tuhan pancarkan kepada alam wujud ini.

Para pendaki / Pejalan Spiritual menjelaskan bahwa gerakan menuju kesempurnaan (Al Harakah Al Kamaliyyah) dialami oleh setiap jiwa manusia. Jiwa tersebut pada masa masa awal memerlukan jasmani agar bisa mengindividu dan eksisten. Dalam proses kembalinya jiwa dari alam material menuju alam spiritual manusia akan mengalami transformasi spiritual sesuai kadar dan potensi dirinya.

Karena itu jika manusia konsisten dan aktif mengikuti petunjuk yang diberikan akalnya serta petunjuk dari Sang Penguasa melalui para utusan-Nya maka jiwanya akan berproses menuju kesempurnaan.

Jiwa hasil proses transformasi ini akan melahirkan energi yang tidak terbatas dan dorongan positif untuk mewujudkan sifat sifat Rububiyyah Tuhan dalam konteks realitas sosialnya.

Energi langit diperlukan oleh manusia untuk keberlangsungan hidupnya di alam yang sementara ini. Setelah mencerap energi Ramadhan seharusnya jiwa seorang yang berpuasa akan berubah menjadi kualitas kualitas Muttaqin semisal pengasih, penyayang, penebar cinta dan kasih sayang serta peduli kepada sesamanya.

Para pelaku puasa setelah ditempa dalam kawah candradimuka Ramadhan selama sebulan penuh maka jiwanya selain memiliki ketajaman spiritual yang dipenuhi cinta universal, mereka juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Kecintaan kepada Tuhan diejawantahkan dalam mencintai sesama. Membela yang tertindas, menjadi lokomotif perubahan sosial serta aktif dalam tugas-tugas kemanusiaan.